Mobilitas Sosial
Pengertian
Mobilitas Sosial Menurut Para Ahli
Namun pengertian mobilitas sosial itu sendiri tak hanya dari secara umum saja, beberapa ahli juga
menyebutkan pengertian apa itu mobilitas
sosial, diantaranya yaitu :
1. Soerjono Soekanto
Menurut pendapat
dari Soerjono Soekanto pengertian dari mobilitas sosial ialah suatu gerak dalam struktur
sosial yaitu pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
2. Robert M.Z. Lawang
Pengertian
dari mobilitas sosial menurut Robert .M.Z. Lawang ialah perpindahan posisi dari lapisan yang
satu ke lapisan yang lainnya atau dari satu dimensi ke dimensi yang lainnya.
3. Horton Dan Hunt
Menurut
pendapat dari Horton dan Hunt pengertian mobilitas sosial ialah suatu gerak perpindahan
dari suatu kelas sosial ke kelas sosial yang lainnya.
4. H. Edward Ransford
Menurut
pendapat dari H. Edward Ransford pengertian dari mobilitas sosial ialah perpindahan ke atas
atau kebawah dalam lingkungan sosial secara hirarki.
5. Wiliam Kornblum
Menurut
pendapat dari Wiliam Kornblum pengertian
dari mobilitas sosial ialah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga,
dan kelompok sosial serta satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
6. Kimball Young Dan Raymond W.
Mack
Menurut
pendapat dari Kimball Young dan Raymond W. Mack pengertian mobilitas ialah suatu mobilitas
dalam struktur sosial, diantaranya pola-pola tertentu yang mengatur organisasi
suatu kelompok.
Karakterisitk
Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial sebagai suatu proses yang
berkelanjutan memiliki sedert karakteristik yang menandainya, diantaranya
adalah sebagai berikut:
· Mobilitas sosial dapat melibatkan
kelompok atau individu yang ada di dalam masyarakat. Gerakan suatu perpindahan
bisa saja dilakukan secara individual, namun tak jarang juga akan melibatkan
banyak orang seperti yang terjadi dalam perkembangan negara berkembang menjadi
negara maju. Sehingga turut meningkatkan taraf kehidupan banyak warganya.
· Mudah-tidaknya suatu kelompok atau
individu daam melakukan suatu mobilitas sosial serta tergantung pada struktur
sosial masyarakatnya.
· Mobilitas sosial akan menimbulkan
kecemasan dan juga ketegangan. Pada masyarakat di mana struktur sosialnya
yang bersifat terbuka, individu tersebut senantiasa akan mengalami suatu
kecemasan serta akan kehilangan hak-hak yang dimiliki apabila terjadi penurunan
status. Sehingga hampir seluruh waktunya mungkin dihabiskan untuk berusaha
dalam mempertahankan kedudukan. Sebaliknya, juga akan muncul ketegangan dalam
memahami peran baru apabila terjadi kenaikan status.
· Perubahan dalam mobilitas sosial juga
ditandai dengan suatu perubahan struktur sosial yang meliputi hubungan antar
individu dalam suatu kelompok serta antara individu dengan kelompok. Dalam hal
ini, sering kali terjadi keretakan dalam sebuah hubungan antar anggota kelompok
primer, sebab terdapat anggotanya yang berpindah ke status yang lebih tinggi
maupun ke status lebih rendah.
Jenis-jenis
Mobilitas Sosial
Pada umumnya, jenis dari mobilitas sosial terbagi menjadi
dua macam, yakni mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal.
Simak
ulasan di bawah:
1. Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas jenis ini terjadi jika ada perubahan dari kedudukan pada strata
yang sama. Dan jika perubahan tersebut terjadi pada orang yang sama maka
disebut dengan mobilitas sosial horizontal intragenerasi.
Seperti yang kita tahu, perubahan kedudukan seseorang dapat berubah naik
atau turun pada lapisan atau strata yang sama. Namun tidak mengubah kedudukan
yang bersangkutan. Meski demikian, peranan yang dipegang seseorang dapat
berubah.
Jika kita hubugkan dengan pendapatan atau gaji seseorang, maka perubahan kedudukan
secara horizontal tidak dapat memengaruhi tingkat imbalan orang yang
bersangkutan.
Contohnya ialah
sebagai berikut :
· Seseorang yang bekerja di sebuah
perusahaan dan menjabat sebagai sekretaris, pada suatu ketika dipindahkan
menjadi bendahara. Orang yang bersangkutan sksn tetap mendapatkan gaji yang
sama.
· Seseorang yang diberi tugas oleh
presiden untuk menjadi menteri pertanian dalam suatu kabinet selama lima tahun.
Pada pergantian kabinet selanjutnya, yang bersangkutan akan diserahi tugas
sebagai menteri perindustrian.
· Seorang guru di sebuah SMA di kota A kemudian
pindah ke SMA di kota C. Guru tersebut tidak akan mengalami perubahan kedudukan
serta peran, namun hanya berpindah tempat kerjanya saja.
Dari contoh di atas dapat kita ketahui bahwa pergeseran atau perpindahan
tersebut tidak akan menurunkan atau menaikkan posisi yang bersangkutan. Namun
bukan berarti pula orang tersebut akan memperoleh tugas yang lebih sulit. Kesulitan
yang muncul biasanya justru pada saat penyesuaian atau adaptasi disuasana yang
baru. Ada waktunya orang yang bersangkutan nantinya belajar dan melatih
keterampilan yang baru.
Begitu juga dengan perpindahan tempat yang dimana harus kembali bekernalan
dan kembali menerima sifat dan juga perilaku sang rekan kerjanya supaya dapat terjaga
efektifitas kerja dan dapat pula meningkatkan prestasi kerja di kelompoknya. Mobilitas
sosial horizontal antar generasi (intergenerasi) terjadi jika terdapat anak dan orangtuanya yang berbeda pekerjaan. Namun
tetap memiliki kedudukan sosial yang sama.
Sebagai contoh:
· Orangtua memiliki kedudukan sebagai
petani kaya serta digolongkan sebagai warga kelas menengah di masyarakat, namun
anaknya tidak ingin mengikuti jejak orang tuanya.
Dan sang anak petani lebih memilih untuk menjadi seorang pedagang yang berhasil dan kaya sehingga keduanya sama sama berkedudukan sebagai warga kelas menengah.
Dan sang anak petani lebih memilih untuk menjadi seorang pedagang yang berhasil dan kaya sehingga keduanya sama sama berkedudukan sebagai warga kelas menengah.
· Seorang ayah memiliki kedudukan pegawai
negeri serta memiliki peran sebagai guru di sebuah SMA di kota X. Anaknya juga
menjadi pegawai negeri di kantor pemerintah. Keduanya mempunyai kedudukan yang
sama, namun memiliki peran yang berbeda.
Mobilitas horizontal antar generasi ini terjadi jika orangtua dan anaknya
memiliki kedudukan yang sama, namun memiliki peran berbeda. Dengan kata lain,
bahwa suatu generasi (orangtua) tidak akan menurunkan segalanya yang ia miliki kepada generasi berikutnya (anak).
2. Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan kelompok atau seseorang dari
kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Bisa
berpindah dari tingkat yang lebih tinggi (social
climbing) atau bahkan turun ke
tingkat yang lebih rendah (social
sinking).
Setiap orang di lingkungan masyarakat tidak selamanya mempunyai kedudukan
yang tetap, namun mereka akan selalu mengalami perubahan. Begitu juga dengan
seorang karyawan yang tidak selamanya berada dalam posisi yang sama, Ia pasti
akan berusaha untuk naik ke kedudukan yang lebih tinggi.
Jabatan yang dipegang oleh seseorang tidak bisa dilepaskan dari kedudukan
sosialnya, sebab jabatan bisa melambangkan kedudukan sosial. Meskipun begitu,
jabatan tidak bisa dipegang selamanya, sebab jabatan suatu saat pasti akan
diserahkan kepada orang lain yang lebih memumpuni.
Orang yang berada pada posisi jabatan sebelumnya bisa saja naik untuk
menempati jabatan yang lebih tinggi atau setelah selesai bekerja dikarenakan
pensiun. Sehingga orang yang bersangkutan tidak memiliki jabatan lagi dan
kedudukan sosialnya menurun.
Hal seperti itu disebut dengan gerak naik turun atau mobilitas sosial
vertikal. Serorang yang telah lama bekerja akan berusaha untuk mendapatkan
kenaikan gaji. Namun bukan berarti kedudukan dari orang itu akan naik ke
tingkat yang lebih tinggi.
Sebab orang yang bersangkutan masih dalam posisi yang sama. Namun
apabila orang yang bersangkutan adalah pegawai biasa atau juru ketik namun
memiliki prestasi kerja. Maka kemudian dinaikkan kedudukannya menjadi kepala
bagian.
Perpindahan dari kedudukan lapisan yang lebih rendah ke lapisan yang lebih
tinggi tersebut dinamakan sebagai promosi.
Contoh dari promosi
jabatan:
· Seorang guru, sebab dapat prestasi dan
pangkatnya yang telah mencukupi, kemudian memperoleh promosi jabatan untuk
menjadi kepala sekolah.
· Seorang bupati yang mempoleh banyak
dukungan dari masyarakat dan dewan, lalu terpilih menjadi gubernur.
Sebagai kepala sekolah maupun presiden, apabila sudah habis masa jabatannya
serta tidak bisa diangkat lagi. Maka akan kembali ke jabatan sebelumnya atau
bahkan berhenti yang biasa disebut sebagai pensiun.
Jabatan yang dipegang seseorang adalah peran yang harus dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan kedudukan yang dijabat.
Dengan begitu,
mobilitas sosial vertikal naik memiliki dua bentuk utama, yakni:
· Masuknya sebagian individu atau
seseorang yang mempunyai kedudukan rendah ke tingkat kedudukan yang lebih
tinggi.
· Pembentukan suatu kelompok sosial baru
yang selanjutnya ditempatkan ke derajat yang lebih tinggi dari beberapa orang
dari pembentuk kelompok tersebut.
Dan mobilitas
sosial vertikal juga memiliki
dua bentuk utama, yaitu:
· Turunnya tingakt jabatan seseorang yang
lebih rendah daripada jabatan sebelumnya.
· Turunnya derajat kelompok seseorang dari
tingkat sebelumnya dan fenomena ini disebut sebagai desintegrasi atau
degradasi.
Adapun ciri dari
mobilitas sosial vertikal, diantaranya adalah sebagai berikut:
· Masyarakat yang bersangkutan merupakan
masyarakat yang terbuka, itu artinya kelas atau lapisan sosialyang terdapatdi
dalam kehidupan masyarakat tidak menutup kemungkinan untuk mengalami naik
turunnya kedudukan pada anggota masyarakatnya.
· Setiap warga masyarakat (negara) memilki kedudukan hukum yang sama tingginya atau setara.
· Gerak naik ke lapisan kedudukan yang
lebih tinggi akan mengandalkan kesanggupan dari seseorang yang dapat mengatasi
sistem seleksi yang juga semakin berat.
Hal tersebut contohnya setiap orang berhak untuk menempati kedudukan apa pun di negara ini asalkan dapat memenuhi berbagai syarat yang telah ditentukan sebelumnya.
Hal tersebut contohnya setiap orang berhak untuk menempati kedudukan apa pun di negara ini asalkan dapat memenuhi berbagai syarat yang telah ditentukan sebelumnya.
Mobilitas sosial vertikal terjadi kepada orang yang bersangkutan atau pada
keturunannya. Ada pula dua bentuk yang dinamakan mobilitas vertikal
intragenerasi serta mobilitas vertikal intergenerasi (antargenerasi). Mobilitas vertikal intragenerasi merupakan mobilitas sosial yang
dilakukan oleh kelompok atau seseorang itu sendiri.
Sementara mobilitas vertikal intergenerasi (antargenerasi) merupakan mobilitas sosial yang tidak dilakukan langsung oleh kelompok atau
seseorang. Namun justru dilakukan oleh keturunannya, baik anak ataupun cucunya.
Sebagai contoh:
· Bapak Y merupakan seorang pengemudi
taxi, namun anaknya kemudian disekolahkan hingga mendapat gelar insinyur (sarjana teknik). Dan selanjutnya sang anak bekerja di perusahaan pertambangan yang
dikelola oleh swasta nasional.
· Bapak X merupakan seorang pengusaha kaya
di kotanya, namun anaknya lebih memilih menjadi seorang seniman.
Mobilitas vertikal tidak selalu dilaksanakan oleh orang yang bersangkutan
baik dari gerak naik ataupun gerak turun. Adakalanya seseorang ingin mewariskan
kedudukannya dan menginginkan sang anak supaya memiliki kedudukan yang sama
dengan dirinya.
Namun, anak sering kali memilih jalan lain yang berbeda dari pilihan
orangtuanya, sebab mereka memiliki keinginan untuk bebas dalam cara menentukan
jalan nasibnya. Sehingga kedudukan yang dipunyai sang anak bisa berbeda dengan
orangtua, baik menjadi lebih tinggi atau bahkan menjadi lebih rendah.
Adapun beberapa
prinsip dari mobilitas sosial vertikal, diantaranya adalah sebagai berikut:
· Hampir tidak ada masyarakat yang dimana
sistem sosialnya memiliki sifat yang tertutup sama sekali (mutlak), seperti pada
masyarakat berkasta di India. Meski demikian, mobilitas sosial vertikal hampir
tidak nampak, proses perubahan tetap terjadi. Contohnya, seorang dari kasta brahmana yang berbuat kesalahan besar bisa turun ke kasta yang lebih rendah
atau mobilitas sosial vertikal ini bisa terjadi disebabkan perkawinan yang
berbeda kasta.
· Berapapun terbukanya sistem sosial yang
berlapis-lapis di masyarakat, tidak mungkin kalau mobilitas sosial vertikal
dilakukan dengan bebas. Hal tersebut disebabkan tidak mungkin terdapat
stratifikasi (lapisan) sosial yang menjadi ciri tetap serta umum di setiap masyarakat.
· Mobilitas sosial vertikal bersifat umum
dan ditujuan untuk semua masyarakat sebab setiap masyarakat memiliki ciri-ciri
tersendiri untuk mobilitas sosial vertikal.
· Laju mobilitas sosial vertikal bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu ekonomi, politik,
serta pekerjaan yang masing-masing berbeda.
· Mobilitas sosial vertikal yang
dikarenakan oleh faktor ekonomi, politik, pekerjaan, tidak terdapat
kecenderungan yang terus berkesinambungan (continue), baik bertambah naik ataupun menurun. Namun akan selalu mengalami
perubahan. Hal ini disebabkan orang yang mempunyai suatu kedudukan dan peran
tidak akan selamanya sama.
Tak hanya itu, mobilitas sosial juga bisa dibedakan dalam dua jenis yang
didasarkan dalam keadaan dari tolok ukur bagaimana seorang individu dalam
lapisan sosial berusaha untuk mengubah dirinya, yaitu sebagai berikut.
· Mobilitas yang disponsori (sponsored mobility) bergantung kepada bagaimana kategori serta posisi individu mendapatkan
pendidikan, keturunan. Ataupun dari kelas sosial yang dianggap mempunyai
peluang bergerak.
· Mobilitas sosial tandingan (contest mobility) akan bergantung kepada upaya serta kemampuan para individu. Sebab
persaingan itu terbuka maka status elite tertentu mungkin saja akan dapat
diraih seseorang.
Faktor
Penghambat Mobilitas Sosial
Adapaun
beberapa faktor penting yang justru malah menghambat mobilitas sosial.
Diantara dari faktor penghambat
tersebut yaitu:
· Kemiskinan sebagai faktor ekonomi yang bisa membatasi
mobilitas sosial. Untuk masyarakat miskin, untuk menggapai status sosial
tertentu adalah hal yang sangat sulit
· Diskriminasi kelas, sistem kelas yang bersifat
tertutup bisa menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini terbukti dengan
terdapatnya pembatasan keanggotaan dalam suatu orgnisasi tertentu yang
mewajibkan berbagai syarat dan ketentuan. Seperti yang telah terjadi di Afrika
Selatan di masa lampai. Di mana ras berkulit putihla yang berkuasa serta tidak
memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk bisa duduk
bersama-sama di dalam pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini juga disebut
dengan Apharteid serta
telah berakhir pada saat Nelson Mandela yang
merupakan seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan.
· Perbedaan ras serta agama di dalam sistem kelas yang
bersifat tertutup bisa memicu terjadinya mobilitas vertikal ke atas. Dalam hal
ini, agama tidak dibenarkan oleh seseorang dengan sebebas-bebasnya serta seenak
hatinya untuk berpindah-pindah agama.
· Perbedaan jenis kelamin atau yang biasa kita sebut
gender di dalam lingkungan masyarakat. Sebab pria di pandang mempunyai derajat
yang lebih tinggi daripada wanita. Perbedaan ini tentunya akan mempengaruh
dalam hal untuk mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, serta
kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.
· Faktor pengaruh sosialisasi yang amat kuat dalam suatu
masyarakat yang mana bisa menghambat proses mobilitas sosial. Terutama hal yang
berhubungan dengan nilau ataupun adat yang berlaku.
· Perbedaan kepentingan, adanya perbedaan kepentingan
antar individu ini di dalam suatu struktur organisasi akan menimbulkan
masing-masing individu akan saling bersaing dalam memperebutkan sesuatu.
Faktor
Pendorong Mobilitas Sosial
Pada umumnya, faktor pendorong dari
mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi beberapa faktor, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Faktor Struktural
Faktor struktural merupakan jumlah
relatif daripada kedudukan tinggi yang dapat serta harus diisi dalam kemudahan
untuk memperolehnya. Contoh konkretnya ialah ketidakseimbangan yang terjadi
dalam jumlah lapangan kerja yang tersedia daripada dengan jumlah pelamar kerja
yang membanjir.
Di bawah ini merupakan hal yang
termasuk dalam golongan faktor struktual, diantaranya adalah sebagai berikut:
· Struktur Pekerjaan.
· Perbedaan fertilitas.
· Ekonomi Ganda.
b. Faktor Individu
Faktor individu merupakan kualitas
seorang individu baik dilihat dari segi tingkat pendidikan, penampilan, hingga
ketrampilan pribadi.
Di bawah ini merupakan hal yang
termasuk dalam golongan faktor individu, diantaranya adalah sebagai berikut:
· Perbedaan kemampuan.
· Orientasi sikap terhadap mobilitas.
· Faktor kemujuran.
· Status Sosial.
Setiap manusia lahir sudah dalam
status sosial yang dipunyai oleh orang tuanya. Sebab pada saat dilahirkan di
bumi tak ada satu manusiapun yang mempunyai statusnya sendiri. Jika seorang
individu tak puas dengan posisi atau kedudukan yang diwariskan oleh orang
tuanya.
Maka individu tersebut dapat mencari
jalannya sendiri untuk mencapai status atau kedudukan yang lebih tinggi dengan
melihat kemampuan dan juga jalan yang dapat individu tersebut ditempuh. Dalam
hal ini hanya mungkin terjadi dalam masyarakat yang mempunyai struktur sosial
yang luwes.
c. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi bisa menjadi salah
satu pendorong atas terjadinya mobilitas sosial. Seorang atau kelompok individu
yang hidup di dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan.
Contohnya seperti
daerah tempat tinggal yang tandus sebab kehabisan sumber daya alam. Dan
selanjutnya mereka yang tidak mau menerima keadaan ini sehingga berpindah ke
daerah yang lain. Secara sosiologis, mereka sudah mengalami proses mobilitas.
d. Situasi Politik
Situasi politik juga bisa
menyebabkan terjadinya proses mobilitas sosial di dalam suatu masyarakat dalam
sebuah negara. Keadaan negara yang tidak stabil akan sangat mempengaruhi
kondisi keamanan yang di mana dapat mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia
ke daerah yang lebih aman.
Atau hal tersebut juga dapat
dikarenakan oleh sistem politik pemerintahan yang berlawanan dengan hati nurani
ataupun paham yang dianut. Sehingga, meskipun suaut negara itu subur, tetapi
jika kondisi politiknya tidak kondusif, hal itu bisa saja dapat mempengaruhi
mobilitas masyarakatnya.
e. Kependudukan
Faktor kependudukan pada umumnya
dapat menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Disatu pihak, pertambahan
dari jumlah penduduk yang amat pesat dapat menyebabkan sempitnya tempat
pemukiman serta kemiskinan akan semakin merajalela.
Keadaan seperti ini tentunya dapat
mendorong sebagian warga masyarakat untuk mencari tempat kediaman yang baru. Contohnya
kepadatan Pulau Jawa mendorong para penduduk untuk mengikuti program transmigrasi
ke luar Pulau Jawa.
f. Keinginan Melihat
Daerah Lain
Adanya rasa keinginan untuk melihat
daerah lain mendorong masyarakat untuk malakukan mobilitas geografik dari satu
tempat ke tempat lainnya. Contoh dalam kasus ini adalah berekreasi kedaerah-daerah
tujuan wisata.
Saluran
Mobilitas Sosial
Menurut
Pitirim A. Sorokin, mobilitas sosial vertikal mempunyai saluran-saluran di
dalam masyarakat. Proses mobilitas sosial vertikal inilah yang disebut sebagai
social circulation.
Berikut merupakan saluran-saluran
terpenting dari mobilitas sosial:
· Angkatan Bersenjata
Peranan angkatan bersenjata memiliki peran yang sangat penting di dalam
masyarakat yang menganut sistem militerisme. Jasa dari seorang prajurit akan
amat dihargai oleh masyarakat, tanpa memperhatikan status ataupun kedudukannya
asalnya. Sering kali lewat karier dalam kemiliteran, seorang prajurit bisa
mendapatkan kekuasaan sekaligus wewenang yang lebih besar.
· Lembaga-Lembaga Keagamaan
Setiap ajaran agama beranggapan bahwa manusia memiliki kedudukan yang sama
atau sederajat. Guna menggapai tujuan itu, para pemuaka agama bekerja keras
dalam hal menaikkan kedudukan orang-orang dari lapisan yang rendah di dalam
lingkungan masyarakat. Tak hanya itu, para pemuka agama juga akan semakin
dihormati oleh masyarakat setempat, jika ia mampu membimbing umatnya dengan
baik.
· Lembaga-Lembaga Pendidikan
Sekolah adalah saluran konkret dari gerak sosial vertikal. Bahkan, sekolah
bisa dianggap sebagai social elevator yang akan mengantarkan seorang individu
untuk senantiasa bergerak dari kedudukan yang rendah menuju ke kedudukan yang
lebih tinggi.
· Organisasi Politik
Suatu organisasi politik seperti halnya partai politik bisa memberikan
peluang yang besar untuk para anggotanya guna naik dalam status kedudukan yang
lebih tinggi, khususnya pada waktu pemilihan umum berlangsung. Supaya seorang indicidu dapat terpilih di dalam pemilu,
maka ia harus mampu membuktikan kemampuannya terlebih dahulu. Dalam hal tersebut,
organisasi politik juga menjadi salah satu saluran dari pembuktian kemampuan
diri seorang individu.
· Organisasi Ekonomi
Organisasi ekonomi merupakan pemegang peranan penting di dalam saluran
gerak sosial vertikal. Biasanya, seorang individu dengan penghasilan yang
tinggi akan menduduki posisi lapisan sosial yang tinggi pula. Bahkan, faktor
ekonomi sering kali menjadi simbol status untuk kedudukan seseorang di dalam
lingkungan masyarakat.
· Organisasi Keahlian
Organisasi keahlian diantaranya adalah himpunan sarjana ilmu pengetahuan sosial, Ikatan Dokter Indonesia
(IDI), persatuan para pelukis, dan yang lainnya. Beberapa organisasi tersebut
bisa menjadi wadah untuk individu-individu yang tergabung di dalamnya guna bisa
mendapatkan nama, sehingga nantinya akan dianggap menduduki lapisan atas di
dalam masyarakat.
Dampak
Mobilitas Sosial
Walaupun mobilitas
sosial memungkinkan seorang individu untuk menduduki jabatan tertentu yang
sesuai dengan keinginannya, adapun pengaruh positif dan juga negatif di dalam
kehidupan masyarkat.
Berikut dampak positif dan juga dampak
negatif dari mobilitas sosial:
o Dampak Positif
a)
Mendorong seseorang untuk dapat bergerak
lebih maju, kesempatan untuk pindah dari strata satu ke strata yang lain yang
lebih tinggi akan memicu munculnya motivasi yang tinggi dalam diri seseorang
untuk maju, maju, dan maju dalam berprestasi supaya mendapatkan status yang
lebih tinggi.
b)
Mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat ke arah yang lebih baik, dengan mobilitas, masyarakat akan
senantiasa bergerak menuju pencapaian yang diinginkan.
o Dampak Negatif
a)
Munculnya Konflik. Jika dalam masyarakat
terjadi mobilitas yang kurang harmonis maka hal itu akan memunculkan
benturan-benturan nilai dan juga kepentingan, sehingga kemungkinan timbul
konflik sangatlah besar.
b)
Konflik yang terjadi antara lain yakni:
a.
Konflik antar individu.
b.
Konflik antar kelas.
c.
Konflik antar kelompok sosial.
Mungkin
hanya itu yang bisa saya paparkan mengenai Mobilitas Sosial semoga bisa
bermanfaat.
Post a Comment for "Mobilitas Sosial"