Sejarah Desain Klasik

GAYA KLASIK ROMAWI

Sebelum berdirinya kerjaan Romawi, Italia Tengah didiami oleh bangsa Etruska. Kebudayaan bangsa ini banyak sekali dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani ketika bangsa ini menduduki Italia. Pengarang Romawi, Vitruvius menceritakan bahwa dalam seni bangunan, terutama kuil-kuil, banyak sekali kelihatan pengaruh tersebut. Kuburan-kuburan dibangun menyerupai cugung Yunani dan pada bagian bawah, yakni di dalam tanah dibuat seperti ruang-ruang jenazah orang Mesir.

Dalam membangun keperluan-keperluan yang langsung dipergunakan, seperti jembatan-jembatan dan gerbang-gerbang kota, mereka memakai bentuk-bentuk lengkung dan relung-relung yang menurut dugaan para ahli adalah tiruan dari bangunan relung Mesopotamia, pengaruh yang dibawa oleh pelaut-pelaut Fenisia. Seni lukis Romawi dapat dijumpai di dalam rumah-rumah bangsawan di kota Pompei. Lukisan ini merupakan lukisan dinding dari kapur lembab (fresco).

Ciri-ciri yang jelas adalah unsur-unsur perspektif yang dikemukakan yang bertentangan atau berlawanan dengan pengertian hiasan datar. Oleh karena itu lukisan ini membawa efek lain, yaitu tidak seperti kita melihat dinding yang digambari, melainkan melihat pemandangan alam yang sebenarnya. Kadang-kadang bagian yang kecil dari tembok dilukisi dengan cerita-cerita mitos yang mengesankan lukisan dinding (mural).

NASRANI KUNO (KATAKOMBA)

Sesuatu yang tak kalah pentingnya dengan liang-liang Katakomba dan ruang-ruang ibadat ialah tulisan-tulisan pada kuburan-kuburan dan kisah-kisah yang dilukiskan pada dinding dan langit-langit. Tulisan-tulisan merupakan ucapan-ucapan hormat dan cinta kasih kepada yang meninggal. Semua lukisan merupakan hiburan dan pendorong bagi yang hidup. Semua lukisan menggambarkan kebangunan-kebangunan di dalam kuburan dan pertolongan-pertolongan ajaib (mukjizat) dari siksaan dan malapetakan. Kebangkitan Lazarus, hikayat Yunus dengan ikan paus, Daniel di liang singa, Suzanna dan orang tua, tentang tiga orang laki-laki dalam api pembakaran, Nabi Nuh dengan kapalnya, hikayat Nabi Musa dan sebagainya. Ada pula lukisan-lukisan orang-orang yang telah mati sedang bersembah yang di sorga atau sedang menikmati hidangan yang lezat-lezat.

Karya seni lukis Nasrani Kuno ini tampaknya memang masih sangat dipengaruhi seni lukis Romawi. Maka tidak jarang lukisan Nabi Isa yang terdapat dalam Katakomba dibuat seperti Orpheus dengan nyanyiannya menjinakan binatang buas. Makhluk dalam kisah Andromeda dilukiskan sebagai ikan paus dalam hikayat Yunus, peti kepunyaan Danae sebagai kapal Nabi Nuh. Burung bangau dalam mitos Yunani ditiru sebagai lambang keabadian, dan burung nuri sebagai lambang kebangkitan. Roh-roh dilukiskan sebagai Dewi Psyche Yunani, dewi cinta sebagai Eros, bidadari sebagai cupido bersayap dan kebahagiaan di sorga digambarkan sebagai orang-orang yang muda belia dan sebagainya. Disamping itu muncul pula gambar-gambar motif Nasrani asli yang murni. Lambang-lambang ini dipilih demikian rupa sehingga oleh orang-orang Nasrani yang percaya dan beriman dapat dipahami, seperti pelepah pohon zaitun, pelepah pohon palma, perahu, jangkar,pohon anggur, ikan, anak domba, burung dara, huruf dan monogram. Jika kepercayaan Romawi dalam nenanggapi suatu benda hanya lahiriahnya saja, tidak memberikan arti rohaniah, maka kaum Nasrani sebaliknya. Mereka mepercayai akan adanya pembalasan, sahid, kemenangan, serta pahala; mempercayai lambang-lambang Sakramen Nasrani serta Nabi Isa. Lukisan-lukisan di dalam Katakomba bukanlah dimaksudkan sebagai lukisan yang menggambarkan keadaan sehari-hari, melainkan selalu membawa pengertian keagamaan, pengertian akan hari akhirat.


BASILIKA

Dalam tahun 313 Kaisar Konstantin memberi kebebasan kepada kaum Nasrani untuk mejalankan siar agamanya (undang-undang Milano). Dan dalam tahun 380 Kaisar Theodosius mengeluarkan pengumuman, bahwa agama Nasrani telah dijadikan agama negara. Sejak saat itu kesenian Nasrani dapat berkembang dengan leluasa.

Dibidang seni lukis, lukisan-lukisan dinding merupakan teknik mozaik oleh bangsa Romawi dalam zaman bahula sudah dikerjakan pada lantai-lantai istana. Seniman-seniman Nasrani lebih pandai dalam mengatur warna dan lebih cepat dapat memberi efek berkilau-kilau dengan mempergunakan kepingan-kepingan pualan berwarna atau kaca-kaca yang bercat parada. Terutama warna emas latar belakang yang disapu dengan parada amat kemilau tampaknya, sehingga dikatakan "mozaik emas". Kecuali perbedaan warna serta bahan yang dipergunakan, seni mozaik Nasrani Kuno sama dengan karya orang Romawi, sama dalam kebebasan komposisi, efek warna, dan cahaya serta bayangan, dan sebagainya. Contoh mozaik-mozaik di makam Galla Placidia di Revenna.

BYZANTIUM

Keping-keping (panel) kecil terbuat dari papan atau tembaga yang dilukisi, disebut ikon, banyak dijumpai. Tetapi sebagian besar telah hancur dan binasa. Sebagai ciri khusus, tampak kekasaran dalam gaya. Garis-garis lurus pada kerut-kerut pakaian, sikap yang tegak, wajah kaku, dan tidak banyak meniru alam sesungguhnya. Ciri-ciri ini terdapat juga pada karya-karya gambar cat kaca dan mozaik-mozaik. Mozaik-mozaik di Aya Sophia oleh orang Turki telah dilabur, yang tadinya adalah hasil kesenian yang amat indah.

ROMANESK

Peradaban orang Eropa Utara jauh terbelakang dibandingkan dengan peradaban orang Bizantium dan Romawi. Perpindahan penduduk secara besar-besaran dan berakhirnya kekuasaan kekaisaran Romawi menyebabkan terhentinya peradaban di Eropa Utara, yang sesungguhnya baru mulai ditingkatkan oleh orang Romawi. Ada juga rahib-rahib dari gereja Benedikta pada abad ke-8 yang berusaha membawa peradaban ke utara, yang disokong oleh Karei Agung. Usaha itu banyak membawa kemajuan, tetapi kemudian hancur pula oleh peperangan yang dilakukan oleh turunan Karei Agung sendiri.

Dan dengan adanya penyerbuan bajak laut Norwegia pada tahun 800-1000, diganyang pula sisa-sisa yang masih ada. Maka hancurlah kebudayaan Eropa, keadaan pada abad ke-9 dan ke-10 sedekemian bergejolaknya, sehingga ilmu pengetahuan dan kesenian hanya dapat berkembang di biara-biara saja. Maka takkanlah dapat disangkal, kalau abad ke-10 itu dinamakan orang "Abad Besi".

Setelah berlalu tahun 1000, kemajuan-kemajuan mulai terlihat. Usaha ini pada masa itu hanya dipimpin oleh kaum agama. Oleh sebab itu kesenian pada abad tersebut amat dipengaruhi oleh suasana keagamaan. Usaha-usaha dalam berbagai bidang pun mulai bergerak cepat, tentang bangunan-bangunan atau profan belum menjadi persoalan dan tidak pernah dipikirkan.

Seni lukis zaman Romanesk hanya terbatas pada lukisan di atas kertas perkamen sebagai ilustrasi buku yang dituliskan dengan tangan. Lukisan-lukisan dalam bentuk keping-keping (panel) dapat dikatakan tidak ada sama sekali.

Apa yang terlihat dalam seni patung, maka pada seni lukis demikian pula. Penggambaran senantiasa lebih mengutamakan cita agama daripada kenyataan duniawi. Jadi, kesenian hasil seni Romanesk disebut ideoplastis. Pengertian yang dikandung lebih diutamakan daripada bentuk. Tuhan dan agama menjadi pusat kegiatan mencipta.

Penjelmaan lain dari bentuk alam adalah ciri yang menonjol dari gaya Romanesk, sama kuatnya di bidang seni patung dan seni lukis. Unsur perspektif tidak ada, warna terdapat pada bidang rata, sehingga mengesankan karya dekoratif sesuai dengan bentuk miniaturnya. Demikian pula dengan seni mosaik, kaca patri pada jendela-jendela memberikan kesan yang serupa. Jadi, pada lukisan tidak terdapat perspektif bentuk maupun perspektif warna.

GOTHIK

A. Seni Lukis Kaca

Seni kaca jendela yang tertua menunjukkan bahwa jendela kaca ini dibuat pada abad ke-12. Kaca-kaca berwarna dipotong-potong menurut bentuk yang telah ditentukan, lalu disambung-sambung dengan patrian. Kecuali timah-timah dipakai juga besi sebagai bingkai untuk penahan tekanan angin. Jendela-jendela dibagi pula atas petak-petak yang sama dan tiap-tiap petak mempunyai gambar sendiri-sendiri, tetapi ada juga jendela yang keseluruhan bidangnya merupakan sebuah lukisan. Palang-palang besi bingkai dipasang membelah-belah lukisan.

Seni lukis kaca yang demikian ini tidak dapat dibuat orang lain sesudah abad ke-12,13. Sebabnya karena hasil dari teknik yang belum sempurna, penuh dengan susunan kaca yang tidak sama jenisnya. Itulah yang menimbulkan efek yang kemilau, sebenarnya karya ini merupakan mozaik kaca. Jendela-jendela Chartres yang termasyur adalah karya Gotik masa permulaan perkembangannya, yakni karya abad ke-13 dan permulaan abad ke-13.

B. Lukisan Dinding dan Lukisan Panel

Pada zaman Romanesk seni lukis terbatas pada pelukisan miniatur. Pada zaman permulaan Gotik hampir tidak berbeda hanya gayanya lebih menggambarkan corak "fisioplastis" (meniru bentuk alam), yakni menekankan pada lahiriah. Sesudah tahun 1300 barulah terdapat lukisan-lukisan pada kepingan (panel) atau lukisan di tembok-tembok. Tetapi orang menganggap para ahli agak keberatan untuk memasukkannya ke dalam golongan karya Gotik, karena di Italia Gotik kurang mendapat penghargaan.

Pelopor fisioplastis adalah Cimabue (±1240-1300). Yang dapat dikatakan sealiran, meskipun baru dalam taraf permulaan, adalah Duccio. Murid Cimabue yang menjadi terkenal ialah Giotto (1260-1330). Meskipun Gotto ini melukis keadaan alam seperti kenyataannya, tidak jarang ia melukis menurut perasaan-perasaannya. Untuk mendapat efek warna gambar kuda diberi warna merah, pohon-pohon diberi warna biru, dan sebagainya. Perspektif juga diabaikan dengan tujuan untuk mendapatkan efek yang lebih memuaskan.

Pelukis besar zaman Gotik ini adalah pelukis Belanda, yaitu Jan Van Eyck. Dan yang terakhir termasuk besar juga yaitu Jeroen Bosch (±1450-1516). Meskipun masa kerjanya terus sampai abad ke-16, tetapi ia masih tergolong seniman akhir zaman tengah.

Perbedaan Jeroen Bosch dengan pelukis-pelukis lainnya ialah, jika pelukis lain melukiskan tema-tema agama dalam unsur kesucian, seperti pahala, bidadari, dan sebagainya, Bosch sebaliknya. Ia melukiskan tema-tema agama dalam bentuk unsur-unsur dosa, neraka, iblis, kedurhakaan, dan lain-lain. Dialah pelukis besar penutup zaman tengah.

Akhir zaman tengah ini melahirkan pelukis-pelukis terkenal, dari Perancis Jean Fouquet (1415-1485), Jerman mempunyai Stephan Lochner (±1440-1452), Martin Schongauer (1455-1491), Michael Wolgmunt (1434-1519), dan Belanda Comelis Engebrechtsz (1468-1533).

RENAISSANCE

Aliran Renaissance adalah suatu aliran baru yang lahir di Italia. Bermula pada abad ke-15 dan mencapat puncaknya pada abad ke-16. Kota yang terkenal akan aliran ini bertempat di kota Florence. Renaissance berarti kelahiran baru, suatu pandangan hidup merupakan sanggahan bagi zaman tengah. Untuk mengetahui dan menelaah aliran Renaissance dan sebab-sebab adanya kelahiran baru ini, hendaklah kita menoleh kembali ke abad-abad sebelumnya, terutama ke zaman tengah.

Sebabnya periode ini dinamakan kelahiran baru, karena pada abad-abad sebelumnya apa-apa yang lahir baru ini sudah lahir juga pada masa itu. Hanya saja karena pada abad yang lalu itu apa-apa yang lahir itu tidak atau belum mendapat perhatian, bahkan mendapat tekanan. Maka pada permulaan adab ke-15 ia lahir kembali, akan tetapi tidak berarti bahwa ia tidak mendapat tantangan atau halangan-halangan pula. Halangan dan rintangan tetap ada.

Sebagai contoh bahwa pada permulaan abad ke-15 ini paham Renaissance masih keras ditentang, terjadi pada diri Bruno (1548-1600). Ia dihukum bakar karena mengemukakan pahamnya yang dianggap menentang agama Nasrani. Demikian juga dengan Galileo (1564-1642), ahli ilmu falak dan filsuf utama yang dihukum penjara dengan tidak ditentukan lamanya, jadi rintangan itu masih ada dan sama benar dengan peristiwa yang menimpa diri Socrates (470-400 SM). Ia dihukum mati (minum racun) karena ia telah berani menurunkan filsafat dari langit ke bumi. Jadi, apa yang dilakukan oleh Socrates, filsuf besar itu belum mendapat sambutan yang baik atau tidak ditempatkan pada tempat yang sewajarnya. Hal ini masih terjadi pada zaman Renaissance ini. Jadi nyatalah bahwa rintangan itu masih ada, hanya saja desakan serta nafas zaman ini lebih memberi kesemoatan untuk menanggapi segala buah pikiran dan penemuan-penemuan baru. 

KLASISISME

Pada zaman ini Napoleon mengagumi kegagahan bangsa Romawi. Ia menyenangi arsitekturnya yang kukuh tegas, melambangkan keperkasaan. Akan tetapi, meskipun Napoleon menyenangi sifat-sifat yang kukuh perkasa itu, unsur-unsur yang baik dari zaman Yunani dari zaman Tengah diterimanya juga. Oleh karena itu periode ini disebut "Klasisisme".

Kehidupan para seniman sampai pertengahan abad ke-19 masih tetap tergantung atau dilindungi oleh kaum bangsawan atau orang-orang kaya, sehingga mereka masih menduduki kelas yang baik dalam masyarakat.

Pada permulaan abad ke-19 lahir berbagai aliran neo. Hal ini disebabkan karena orang telah mulai menemui kebutuhan setelah mengalami klimaksnya pada zaman Barok, yang telah ditandai oleh kelahiran Rococo.

Pada setiap zaman, jika pegangan orang banyak sudah mulai kabur, biasanya lahir pula seseorang yang membawakan napas baru yang segar. Maka tokoh-tokoh seni rupa mulai membawakan udara baru bagi perkembangan seni rupa. Seperti juga yang sudah terlazim atau menjadi tradisi manusia, jika mereka telah berada semakin maju dalam sesuatu kegiatannya dan menemui kebutuhan, maka ia menggali kembali apa-apa yang sudah lama terpendam untuk dijadikan unsur baru bagi perkembangan kegiatannya. Maka sebagai kelanjutan Klasisisme, tumbuh Neo-gotik dengan pesat.


SUMBER : http://galeriafasyaartstudio.blogspot.com/2012/03/sejarah-seni-rupa-barat.html

Post a Comment for "Sejarah Desain Klasik"